Danuraja menunggu dengan penuh harapan, berharap ayahnya yang mengikuti sayembara di negeri Alengka bisa membawa kabar bahagia untuknya. Apalagi Ia sudah mendengar kabar bahwa ayahnya berhasil memenangkan sayembara tersebut. Danuraja sudah tidak sabar ingin memperistri Dewi Sukesi, puteri Kerajaan Alengka tersebut.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba, Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi tiba di Lokapala, Danuraja menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Namun kenyataan yang terjadi tidak sama dengan harapannya. Wisrawa dan Sukesi datang dengan wajah kuyu dan kecantikan sang dewi yang diagung-agungkan sudah nampak pudar. Danuraja pun akhirnya bertanya kepada ayahnya, dan dengan penuh penyesalan dan rasa berdosa, Begawan Wisrawa mengakui segala kesalahannya dan menceritakan semua kejadian yang dialaminya.
Namun Danuraja tidak bisa menerima semua itu, kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh ayahnya sudah teramat fatal baginya. Danuraja sangat kecewa dan marah mendengar semua pengakuan ayahnya, ia tidak menyangka ayahnya tega melakukan hal itu hingga melukai hati puteranya sendiri. Ia pun mengusir Wisrawa, ayahnya sendiri dan Dewi Sukesi untuk pergi dari negeri Lokapala. Dengan penuh rasa penyesalan, Wisrawa dan Sukesi pergi dari Lokapala kembali ke negeri Alengka.
Saat itu, Dewi Sukesi sudah dalam keadaan mengandung. Tubuhnya mulai kehilangan tenaga untuk melanjutkan perjalanan ke negeri Alengka, apalagi perjalanan memakan waktu yang cukup lama. Setelah beberapa bulan menjalani perjalanan yang sangat melelahkan, usia kandungan Dewi Sukesi sudah mencapai waktunya untuk melahirkan. Di tengah hutan belantara, Dewi Sukesi terpaksa harus melahirkan bayinya saat itu juga. Lahirlah jabang bayi namun betapa kagetnya Begawan Wisrawa dan sang istri. Jabang bayi yang dilahirkan Dewi Sukesi bukan berwujud bayi pada umumnya, melainkan berupa gumpalan daging, darah dan kuku. Gumpalan daging tersebut berubah menjadi seorang bayu yang berwujud raksasa, seorang bayi laki-laki raksasa sebesar bukit dan satu orang bayi perempuan yang tubuhnya seperti bidadari namun wajahnya berwujud reksasi.
Sepasang suami istri itu tidak bisa berbuat apa-apa, selain berserah diri dan menerima kehendak Yang Maha Kuasa. Ketiga bayi tersebut kemudian masing-masing diberi nama Rahwana, Kumbakarna dan Sarpakenaka. Ketiga bayi tersebut kemudian mereka bawa kembali ke Alengka. Setibanya di Alengka, Prabu Sumali menyambut dan menerima mereka dengan penuh rasa iba.
Rahwana dan Sarpakenaka tumbuh menjadi raksasa dan raksesi yag penuh nafsu jahat, beringas dan angkara. Rahwana tampak makin perkasa dan menonjol dibanding kedua adiknya, sedangkan Sarpakenaka semakin menjelma menjadi raksasa wanita yang suka mengumbar hawa nafsu. Ia selalu mencari pria siapa saja untuk dijadikan pemuas nafsunya.
Namun berbeda dengan Kumbakarna, meskipun tubuhnya dan wujudnya raksasa dan bahkan ukuran tubunya lebh besar dari raksasa pada umunya, ia memiliki sifat dan pribadi yang luhur, sangat berbeda dengan kedua saudaranya.
Di dalam relung hati Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi tersimpan perasaan gundah dan sedih, ketiga puteranya lahir dalam wujud raksasa dan raksesi, dan bahkan dua dari ketiga puteranya memiliki watak yang buruk. Dewi Sukesi kemudian mengandung puteranya yang keempat, perasaan sepasang suami istri ini cemas, apakah puteranya yang keempat ini juga akan lahir seperti kakak-kakaknya?
Menyadari akan segala kesalahan yang hanya menuruti nafsu kepuasan. Begawan Wisrawa mengajak Dewi Sukesi untuk bersemedi, memohon ampunan dari Sang Maha Pencipta, dan berdoa agar puteranya yang kelak akan lahir ini menjadi seorang putera yang tampan seperti Danuraja.
Permohonan mereka yang tulus akhirnya diterima oleh Sang Dewata. Batara Guru menerintahkan Resi Wisnu Anjali, sahabat Bathara Wisnu untuk menitis kepada jabang bayi yang ada dalam kandungan Dewi Sukesi. Lahirlah seorang bayi laki-laki yang berwajah tampan, dahinya memancarkan cahaya keputihan dan matanya memancarkan sinar yang jernih. Begawan Wisrawa pun bisa membaca tanda-tanda bahwa putera bungsunya ini kelak akan menjadi seorang ksatria yang cendekiawan dan berwatak arif bijaksana serta berwatak brahmana. Putera keempat Begawan Wisrawa ini diberi nama Gunawan Wibisana.
ADS HERE !!!