Werkudara menerima wangsit bahwa ayahnya, Pandu tidak masuk surga dan dimasukkan ke neraka karena dosa-dosanya. Oleh karena itu, Werkudara mengundang para pandawa yanglain untuk berkumpul di hutan dekat Kurukhsetra. Para Pandawa yang lain memenuhi putera kedua pandu tersebut, mereka kemudian datang dan berkumpul di tempat yang telah ditetapkan.
Di Astina, Prabu Doryudana mendengar kabar bahwa Pandawa berkumpul di lading Kurukhsetra. Kesempatan bagi Sangkuni dan Drona untuk menghasut bahwa Pandawa sedang mengadakan ritual di ladang Kurukhsetra untuk memperoleh kemenangan ketika perang Bharatayudha.
Prabu Baladewa yang mudah tersulut emosinya, langsung marah dan bertekad akan menjadi penengah setelah mendengar berita itu. Jika memang apa yang dikatakan Korawa benar, ia bersedia untuk menghabisi para Pandawa.
Korawa yang diikuti Adipati Karna dan Prabu Baladewa segera menuju lading Kurukhsetra. Sementara para Pandawa sudah sampai terlebih dahulu dan disertai Gatotkaca dan Antareja. Werkudara memulai membuka pembicaraan mengenai wangsit yang diterimanya mengenai ayah mereka Pandu. Werkudara mengusulkan agar mereka berlima melakukan semedi meminta kepada Dewata agar memberikan surge kepada orangtua mereka. Pandawa yang lain pun menyetujui usulan Werkudara.
Rombongan Korawa tiba di ladang Kurukhsetra, namun mereka ditahan oleh Gatotkaca. Para Korawa tak kuasa menghadapi Gatotkaca dan memilih untuk lari, sementara Adipati Karna memilih untuk pulang karena tak sanggup menghadapi Antareja. Hanya tinggal Prabu Baladewa, ia mengamuk karena Gatotkaca dan Antareja tidak mau menjawab mengapa para Pandawa berkumpul di ladang Kurukhsetra. Kedua putera Werkudara itu pun tak mampu untuk melawan Prabu Baladewa.
Baladewa akhirnya dihadapi oleh Werkudara, ia menjelaskan mengapa para Pandawa berkumpul di Kurukhsetra. Setelah mendengar penjelasan dari Werkudara, Baladewa menjadi luluh hatinya dan berjanji akan membantu. Baladewa segera mengundurkan bala tentara Korawa, sementara Pandawa kembali melakukan semedi demi meminta surga untuk ayah mereka, Pandu.
Sementara di kahyangan dibuat gonjang-ganjing karena tapa yang dilakukan oleh para Pandawa. Bathara guru yang telah dihasut oleh Dewasrani menjadi murka . Bathara Guru mengeluarkan titah untuk mengambil nyawa Pandawa dan dimasukkan ke neraka.
Bathara Narada sebagai penasihat Bathara Guru berusaha mencegah, namun ia justru dimarahi oleh Bathara Guru dan diancam jabatannya sebagai Dewa dicabut. Batara Narada memilih untuk mengundurkan diri dari patih kahyangan Jonggring Saloka. Ia tidak mau ikut bertanggung jawab, bila Sang Hyang Ismaya (Semar), murka dan membalas perbuatan Bathara Guru.
Bathara Guru tidak peduli dengan apa yang dikatakan Bathara Narada, titah sudah terlanjur terucap, dan nyawa para Pandawa pun diambil. Gatotkaca kelabakan, ia segera ke karang kadempel menenui Ki Semar dan para Punakawan. Ia menceritakan segala hal yang terjadi. Sang Hyang Isma (Semar) menjadi marah dan segera naik ke kahyangan meminta pertanggung jawaban atas perbuatan Bathara Guru kepada para Pandawa.
Di kahyangan, Bathara Guru sudah memanggil Bathara Wisnu untuk mengatasi gajh raksasa yang mengamuk di kahyangan. Bathara Wisnu kemudian bertiwikrama menjadi raksasa sebesar gunung dan bertempur melawan gajah raksasa.
Sementara terlihat seorang pemuda tampanyang berperawakan wanita sedang berlaith ilmu yang dibimbing oleh seorang Begawan tua.
Para dewa lari kocar-kacir tak sanggup menghadapi Semar yang sedang menamuk. Ki Semar akhirnya masuk ke keraton pada Dewa dan menampar Bathara Guru dan memukulnya hingga kelenger. Bathara Guru meminta ampun, namun dengan kasar, Semar menyeret Bathara Guru ke kahyangan ondari-andir untuk menghadap Sang Hyang Wenang.
Sang Hyang Wenang menenangkan kemarahan Semar dan memberikan petuah bahwa keputusan bathara guru itu memang tidak benar. Bathara Guru hanya menuruti hawa nafsu. Sang Hyang Wenang juga memutuskan Pandawa dan Pandu bebas dari neraka. Ia kemudian menyuruh Semar untuk segera menyelesaikan masalah ini, Semar pun segera melesar ke kawah Candradimuka.
Pertempuran antara tiwikrama Bathara Wisnu dengan gajah raksasa masih berlangsung di kawah Candaradimuka. Sang Begawan dan muridnya juga sudah tiba disana. Sang Begawan kemudian menyuruh muridnya untuk memanah gajah raksasa itu, dalam sekejap panah melesat dan tepat mengenai sang gajah. Seketika gajah raksasa itu berubah menjadi 5 Pandawda dan Pandu Dewanata, ayahnya.
Sementara itu, Sang Begawan berubah menjadi Bathara narada, dan sang murid berubah menjadi Dewi Subadra, istri Arjuna yang mencari hilangnya suaminya. Bathara Wisnu juga kembali ke wujud asalnya. Pandu Dewanata akhirnya dimasukkan ke dalam Surga atas pengorbanan puteranya, Pandawa.
ADS HERE !!!